Muara Enim, Sumatera Selatan
LubaiAktual.id
Harga getah karet alami penurunan drastis pasca Lebaran 2025. Dari sebelumnya menyentuh Rp15 ribu per kilogram, kini tinggal Rp11 ribu di tingkat petani.
Penurunan ini terjadi secara bertahap selama dua minggu terakhir.
Harga karet di tingkat petani turun hingga 90 persen. Ini membuat sebagian petani khawatir, namun sebagian lagi memilih tetap optimis.
Petani di Kecamatan Belida Darat, Kabupaten Muara Enim, menjadi pihak paling terdampak.
Meski begitu, mereka tetap menjalankan aktivitas penyadapan seperti biasa.
Esi, petani karet asal Belida Darat, menanggapi penurunan ini dengan tenang. Ia masih menganggap harga saat ini cukup layak.
“Paling tidak, harga getah masih seimbang dengan harga beras,” ujar Esi, Rabu (9/4/2025).
Menurut Esi, dalam kondisi normal, petani bisa menyadap 30–40 kilogram getah jedol per hektare dalam empat hari.
“Kalau Rp11 ribu per kilogram, pendapatan kami sekitar Rp500 ribu per minggu,” jelasnya.
Namun, Esi menekankan bahwa hasil tersebut bergantung pada cuaca. Jika hujan, penyadapan terhenti dan pendapatan menurun.
“Sebelum Lebaran, harga bisa sampai Rp15 ribu. Tapi itu kondisi ideal,” katanya.
Esi masih percaya harga akan membaik dalam waktu dekat. Ia berharap harga bisa naik kembali ke kisaran Rp14 ribu hingga Rp15 ribu per kilogram.
Optimisme juga datang dari Joy, salah satu pengepul karet di wilayah tersebut.
Ia menyebut penurunan harga saat ini disebabkan oleh tutupnya beberapa pabrik remiling selama libur Lebaran.
“Sebelum Lebaran, harga di pengepul bisa Rp15 ribu, bahkan Rp16 ribu di pabrik,” kata Joi.
Namun, usai Lebaran, tidak semua pabrik kembali beroperasi penuh. Hal ini berdampak pada turunnya permintaan dan otomatis harga.
“Pabrik belum semua buka, jadi harga turun sementara,” tambahnya.
Faktor utama penyebab penurunan harga adalah berhentinya produksi di pabrik pengolahan.
Libur panjang membuat aktivitas jual beli terganggu. Selain itu, distribusi dari kebun ke pabrik pun ikut melambat.
Baik petani maupun pengepul berharap harga mulai naik kembali dalam dua minggu ke depan. Apalagi jika seluruh pabrik sudah kembali beroperasi penuh.
Penurunan harga karet terjadi di Kecamatan Belida Darat, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Wilayah ini dikenal sebagai salah satu sentra produksi karet di Sumsel.
Meski cuaca dan harga tak menentu, petani memilih bertahan. Mereka menggantungkan harapan pada pulihnya pasar dan stabilnya harga.
“Selama masih bisa beli beras dari hasil karet, kami tetap menyadap,” tutup Esi.
Harga karet memang sedang tidak bersahabat. Namun, para petani Belida Darat menunjukkan keteguhan hati.
Masyarakat percaya badai pasti berlalu. Harga akan pulih, dan semangat menyadap tak pernah surut. (Salim)